Berita7. NASIONAL – Masa depan proyek pengembangan Blok Tuna di perairan Natuna sempat terancam setelah BUMN asal Rusia, Zarubezhneft, Tidak dapat dibantah,

mundur dari proyek tersebut. Meski demikian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan proses pencarian operator pengganti Zarubezhneft masih dalam proses. Tercatat, ada beberapa perusahaan yang menaruh minat mengisi posisi yang ditinggalkan Zarubezhneft.

Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji, saat ini proses pembukaan data room di Blok Tuna masih berlangsung. Ia pun berharap proses pencarian mitra dapat rampung pada April 2024.

“Masih dalam proses buka data. Ada beberapa perusahaan yang tertarik. Diharapkan pada bulan April 2024 sudah mendapatkan mitra yang baru,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (10/1/2024).

Seperti diketahui sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi berharap proses peralihan participating interest (PI) di Blok Tuna dapat tuntas pada tahun ini.

Menurut Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf, proses pencarian operator pengganti Zarubezhneft di Blok Tuna masih berlangsung. Ia berharap proses divestasi Zarubezhneft di Blok Tuna segera tuntas tahun ini. Pasalnya, gas yang diproduksikan dari Blok Tuna sendiri telah memiliki calon pembeli dari Vietnam.

“Kalau gasnya nanti rencananya akan disalurkan ke Vietnam. Memang ada batas waktu ya, mudah mudahan di tahun ini selesai dari kepastian siapa,” tutur Nanang kepada wartawan di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (2/1/2024).

Perlu diketahui, Blok Tuna dioperatori oleh perusahaan asal Inggris Harbour Energy melalui Premier Oil Tuna B.V. Sementara Zarubezhneft merupakan perusahaan migas milik pemerintah Rusia yang memegang hak partisipasi sebesar 50% di Blok Tuna melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd.

Nanang beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa rencana pengembangan Blok Tuna melalui Premier Oil Tuna B.V. terimbas oleh sanksi Uni Eropa dan pemerintah Inggris. Pasalnya, partner mereka di blok tersebut yakni Zarubezhneft berasal dari Rusia.

Lantaran Harbour Energy telah diwanti-wanti oleh pemerintah setempat untuk tidak bertransaksi apalagi berpartner dengan perusahaan asal Rusia, akhirnya Zarubezhneft memutuskan hengkang dari proyek tersebut. (Red)